Dunia Islam Abad
Pertengahan Kini marilah kita
beralih ke Timur, ke kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba,
Granada dan Sevilla untuk mengetahui bagaimana keadaan kota-kota ini dan
bagaimana pula peradabannya. Kini marilah kita tengok kota-kota di Andalusia
yang bertetangga dengan Eropa yang telah kita bicarakan.
Kita mulai
dengan Cordoba, kita coba memperhatikan bentuk-bentuk yang tampak, bukan segala
sesuatu yang ada di situ. Di masa Abdurrahman III dari Bani Umayyah Cordoba
adalah ibukota Andalus yang muslim.
Malam hari
kota itu diterangi lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya
sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu
ubin. Sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan.
Cordoba
dikelilingi taman-taman yang hijau. Orang yang berkunjung ke sana biasanya
bersenang-senang terlebih dahulu di kebun-kebun dan taman-taman itu sebelum
sampai di kota. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (pada masa itu kota
terbesar di Eropa penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang). Tempat-tempat
mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.000 buah.
Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba
adalah delapan farsakh (30.000 hasta).
Masyarakat
disitu semua terpelajar. Di pinggiran kota bagian timur terdapat 170 orang
wanita penulis mushaf dengan Khat Kufi. Di seluruh Cordoba terdapat lima
puluh rumah sakit dan delapan puluh sekolah. Orang-orang miskin menuntut ilmu
secara cuma-cuma.
Adapun mesjidnya
sampai sekarang bekas-bekasnya masih merupakan bukti abadi dalam seni dan
kreasi. Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah yang menjulang berdiri di atas
batang-batang kayu berukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari
berbagai macam marmer berbentuk papan catur.
Di malam
hari masjid itu diterangi dengan 4.700 buah lampu yang setiap tahun
menghabiskan 24.000 ritl minyak. Di sisi selatan masjid tampak 19 pintu
berlapiskan perunggu yang sangat menakjubkan kreasinya, sedang di pintu
tengahnya berlapiskan lempengan-lempengan emas.
Di sisi
sebelah timur dan barat juga tampak 9 buah pintu yang serupa. Menurut sejarawan
Barat mihrabnya merupakan fenomena paling indah yang terlihat mata manusia.
Tidak ada dalam peninggalan manapun (entah klasik atau modern) yang melebihi
keindahan dan keagungannya.
Di Cordoba
terdapat istana Az-Zahra yang abadi dalam sejarah karena nilai seni dan
kecanggihannya sehingga sejarawan Turki, Dhiya Pasya, mengatakan bahwa istana
itu merupakan keajaiban jaman yang belum pernah terlintas imajinasinya dalam
benak para arsitek sejak Allah menciptakan alam. Tidak tergambar sebuah skets
pun seperti sketsnya dalam akal para insinyur sejak diciptakannya akal manusia.
Kubu-kubu bangunan
itu berdiri di atas 4316 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer yang
terukir secara sistematis. Lantainya beralaskan batu-batu marmer yang
berwarna-warni dengan formula yang indah. Dinding-dindingnya dilapisi
lempengan-lempengan lazuardi keemasan-emasan. Di serambi-serambinya terdapat
mata air air tawar yang memancar dan tertuang ke kolam-kolam yang terbuat dari
marmer putih beraneka bentuk, kemudian bermuara ke sebuah kolam di kamar
khalifah.
Di bagian
tengah kolam ini terdapat angsa emas yang di kepalanya bergantung sebutir
mutiara. Ikan-ikannya beraneka macam dalam jumlah ribuan ekor. Roti-roti yang
dilemparkan ke situ sebagai makanan ikan-ikan itu mencapai 12.000 potong setiap
hari.
Di istana
Az-Zahra terdapat majelis bernama Qashrul Khalifah (semacam istana
kepresidenan). Langit-langit dan dinding-dindingnya terbuat dari emas dan
marmer tebal yang jernih warnanya dan beraneka macam jenis. Di bagian tengahnya
terdapat sebuah kolam besar yang penuh dengan air raksa. Di setiap sisi mejelis
terdapat delapan pintu melengkung yang terbuat dari gading dan kayu jati yang
dihias dengan emas dan macam-macam permata yang berdiri tegak di atas lantai
marmer berwarna dan kristal jernih. Matahari masuk melalui pintu-pintu itu dan
sinarnya jatuh mengenai bagian tengah majelis dan dinding-dindingnya sehingga
terpancar dari situ sinar yang sangat menyilaukan.
An-Nasir jika ingin menakut-nakuti
salah seorang anggota majelisnya ia memberikan isyarat kepada pelayan agar
menggerak-gerakkan air raksa di kolam sehingga tampak dalam majelis itu kilauan
sinar seperti kilat yang menggiriskan hati. Bahkan setiap orang dalam majelis
mengkhayalkan mereka telah diterbangkan oleh tempat itu selama air raksa
bergerak-gerak.
Istana
Az-Zahra dikelilingi taman-taman yang hijau dan lapangan-lapangan yang luas. Di
samping itu ada tembok besar yang melingkupi bangunan menakjubkan yang memiliki
tiga ratus benteng pertengahan. Az Zahra berisikan rumah kediaman khalifah,
para amir, dan keluarga. Ruangan-ruangan besar untuk singgasana raja terletak
di sebuah tempat yang diberi nama Assatul Mumarrad yang memiliki kubah
dengan bahan baku emas dan perak.
Tetapi Qadhi
Mundzir bin Sa`id menentang perbuatan khalifah itu di hadapan orang banyak di
masjid Cordoba sehingga khalifah membongkarnya dan membangunnya kembali dari
bata.
Di dalam
Az-Zahra terdapat gedung-gedung industri dan peralatan seperti gedung industri
alat perang, gedung industri busana hias, gedung industri seni pahat, ukir dan
patung, dan lain sebagainya.
Pembangunan
Az-Zahra memakan waktu empat tahun. Rata-rata batu yang dipahat setiap hari
sebanyak 6.000 buah di samping batu-batu yang dipakai untuk pengerasan lantai.
Buruh yang bekerja di situ berjumlah 10.000 orang setiap hari, dibantu oleh
1400 ekor bagal, dan setiap hari dipasok 1.100 muatan bata dan gamping.
Adapun
pembangunan masjid Az-Zahra setiap hari dikerjakan oleh 1000 orang tukang ahli
yang terdiri dari 300 orang tukang batu, 200 orang tukang kayu, dan 500 orang
buruh berikut tukang-tukang lainnya. Pembangunan itu dirampungkan hanya dalam
tempo 40 hari. Ini sebuah prestasi keja kilat yang hampir tak ada bandinganya.
Di istana
agung inilah khalifah Al-Mustansir (tahun 351 H) menyambut raja Spanyol
Kristen, Ardoun Alfonso. Ketika memasuki Az-Zahra raja Spanyol itu tercengang
melihat kemegahan dan keagungan istana tersebut, begitu pula ketika melihat
para pelayan, laskar dan senjata-senjatanya.
Ia lebih
tercengang lagi tatkala berada di majelis (singgasan) khalifah Al Mustansir. Ia
melihat khalifah didampingi para bangsawan, pembesar kerajaan, tokoh-tokoh
ulama, khatib dan panglima-panglima besar. Ketika raja Spanyol menghampiri
khalifah Al Mustansir ia melepas topi dan mantelnya dan tetap dalam keadaan
demikian sampai khalifah mengijinkannya mendekat.
Tatkala
menghadap khalifah ia merebahkan diri bersujud sesaat kemudian berdiri tegak,
lalu maju bebarapa langkah dan kembali bersujud. Itu dilakukannya
berulang-ulang sampai ia berdiri di hadapan khalifah. Kemudian membungkukan
lagi untuk mencium tangannya.Setelah itu ia pun mundur kembali ke belakang
tanpa membalikkan badan membelakangi khalifah, lalu duduk di kursi yang telah
disediakan.
Khalifah menyampaikan ucapan selamat datang kepadanya
dan berkata,”Hendaklah kedatangan Anda menyenangkan Anda. Disini Anda akan
mendapat perlakuan yang baik dan penerimaan yang lapang dari kami melebihi apa
yang Anda harapkan”. Ta tkala ucapan khalifah diterjemahkan kepadanya, wajahnya
berseri-seri. Ia lalu turun dan mencium permadani sambil berkata,”Saya adalah
hamba Tuanku, Amirul mukminin. Saya bersandar pada keutamaan Tuan menuju
kemuliaan Tuan, bertahkim kepada Tuan dan orang-orang Tuan. Dimanapun Tuan
meletakkan saya karena keutamaan Tuan dan mengganti saya karena perintah Tuan.
Saya tetap berharap bisa maju di barisan
dengan ikhlas dan nasihat yang murni”.
Khalifah
berkata kepadanya,”Anda layak mendapat perlakuan baik kami. Kami akan
memprioritaskan dan mengutamakan Anda atas para pemeluk agama Anda terhadap
hal-hal yang menyenangkan dan membuat Anda dikenal karena kecondongan Anda
kepadanya kami dan keinginan Anda berlindung di bawah naungan kekuasaan kami”.
Pernahkah Anda
mendengar bagaimana kata-kata keagungan dan kekuatan itu keluar dari mulut
khalifah Al Mustansir kemudian didengar oleh raja Spanyol yang telah
memahaminya ia dengan serta-meta bersujud lagi dan berdo`a dengan khusyuk
karena kasih sayang dan perlindungan yang diberikan khalifah kepadanya?
0 Comments