Keadaan dunia Eropa yang Primitif


Keadaan dunia Eropa yang Primitif Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela. Wabah-wabah penyakit berulang-ulang berjangkit menimpa binatang-binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya.
Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lobang tembus yang menganga di langit-langit.
Mereka semua makan di satu meja. Majikan dan isterinya duduk di salah satu ujung meja. Sendok dan garpu belum dikenal dan gelas-gelas mempunyai huruf di bagian bawahnya. Setiap orang yang makan harus memegang sendiri gelasnya atau menuangkannya ke mulutnya sekaligus. Majikan beranjak memasuki biliknya di sore hari setelah selesai makan dan minum. Meja dan perkakas kemudian diangkat. Semua orang yang ada di ruangan itu tidur di tanah atau di atas bangku panjang. Senjata mereka ditaruh di atas kepala mereka masing-masing karena pencuri saat itu sangat berani sehingga orang dituntut untuk selalu waspada dalam setiap waktu dan keadaan.
Pada masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara. Sistem pertaniannya terbelakang. Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu (seperti rumah-rumah desa kita setengah abad yang lalu). Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka. Mereka juga tidak punya tikar, kecuali jerami-jerami yang ditebarkan di atas tanah.
Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua anggotanya (laki-laki, perempuan dan anak-anak) tidur di satu kamar bahkan seringkali binatang-binatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur mereka berupa sekantung jerami yang di atasnya diberi sekantung bulu domba sebagai bantal. Jalan-jalan raya tiada ada saluran airnya, tidak ada batu-batu pengeras dan lampu. Kota terbesar di Eropa berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang.
Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi, menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri.

Post a Comment

0 Comments