Bidang bahasa dan sastra Orang-orang Barat, khususnya penyair-penyair Spanyol mendapat pengaruh besar dari sastra Arab. Sastra tentang ketangkasan berkuda, keberanian, majas, dan imajinasi-imajinasi yang tinggi dan indah masuk ke sastra Barat melalui sastra Arab, khususnya di Andalus. Penulis Spanyol yang tersohor, Abanez mengatakan bahwa bangsa Eropa belum mengenal ketangkasan berkuda dan tidak menganut sastra-sastra yang terpelihara atau kebesaran heroisme sebelum kedatangan bangsa Arab ke Andalus dan sebelum tersebarnya para penunggang kuda dan pahlawan mereka di wilayah-wilayah selatan.
Yang menunjukkan kepada kita tentang sejauh mana sastra-sastra Barat terpengaruh oleh bahasa dan sastra Arab pada masa-masa itu ialah apa yang di nukil Dozy dalam bukunya mengenai Islam dari risalah penulis Spanyol, Alghargo. Dia sangat sedih karena bahasa Latin dan Yunani dilalaikan orang sementara bahasa kaum muslimin ditekuni. Ia berkata,”Orang-orang yang memiliki kecerdasan dan perasaan telah tersihir oleh keindahan sastra Arab sehingga mereka meremehkan bahasa Latin dan menulis hanya dengan bahasa para penakluk mereka. Hal itu sangat menyedihkan bagi orang yang mempunyai kebanggaan nasionalisme paling besar sampai-sampai mereka berkata kepada teman-temannya”.
Wahai saudara-saudaraku. Kaum Nasrani sangat mengagumi puisi dan prosa bangsa Arab. Mereka mempelajari karangan-karangan yang ditulis oleh para filsuf dan fuqaha` muslim. Hal itu mereka lakukan untuk meniru uslub (gaya bahasa) Arab yang fasih.
Dimanakah sekarang orang-orang yang selain tokoh-tokoh agama yang membaca tafsir-tafsir keagamaan dari taurat dan Injil? Dimanakah sekarang orang-orang yang membaca Injil-Injil dan suhuf-suhuf para nabi dan rasul? Betapa menyedihkan!
Generasi yang tumbuh dari kaum Kristen yang cerdas hanya memperbagus sastra dan bahasa Arab. Mereka melahap buku-buku bangsa Arab dan mengisi perpustakaan-perpustakaan besar dengan buku-buku mereka yang termahal. Mereka bersenandung di setiap tempat memuji khazanah-khazanah Arab. Ketika di perdengarkan kepada mereka buku-buku Kristen, mereka tidak mau mendengarkannya dengan alasan buku-buku itu tidak layak untuk diperhatikan. Betapa memprihatinkan!
Orang-orang Kristen telah melupakan bahasa mereka. Anda tidak menjumpai di antara mereka seorang pun dari seribu orang yang menulis surat kepada rekannya dengan bahasa mereka sendiri. Adapun bahasa bangsa Arab, betapa banyak orang-orang yang memperguna-kannya dengan ungkapan yang paling baik uslubnya. Kadang-kadang mereka mengubah dengan bahasa itu sebuah puisi yang melebihi puisi bangsa Arab sendiri dalam keindahan dan ketepatan ungkapannya.
Tak diragukan lagi, pada abad ke-14 dan sesudahnya banyak sastrawan-sastrawan piawai Eropa yang terpengaruh oleh sastra Arab dalam karya-karya mereka. Pada tahun 1349, Boccaccio menulis hikayat yang berjudul Ash-Shabahatul `Asyrah (sepuluh Waktu pagi) yang mengikuti jejak Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam). Dari hikayat ini pula Shakespeare mengambil topik dramanya Natan Al Hakim (Natan yang Bijaksana).
Yang paling banyak belajar dari Boccaccio pada zamannya adalah Shawcer, pelopor puisi modern dalam bahasa Inggris. Ia berjumpa dengan Boccaccio di Itali dan kemudian menyusun kisah-kisah yang terkenal dengan judul Hikayat-hikayat Canterboury.
Adapun Dante Alighieri telah ditegaskan oleh banyak kritikus bahwa dalam Divina Commedia ia menggambarkan perjalannya ke alam lain yang banyak terpengaruh oleh Risalatul-Ghufran (Risalah Pengampunan) karya Al-Maarri dan Washful-Jannah (Gambaran Surga) karya Ibnu Arabi.
Hal itu karena ia tinggal di Sicillia pada masa kaisar Friedrich II yang sangat suka kepada kebudayaan Islam. Dia mengkajinya pada sumber-sumbernya yang berbahasa Arab. Antara Dante dan Friedrich telah terjadi dialog-dialog mengenai doktrin Aristoteles yang sebagian diambil dari sumber berbahasa Arab. Tidak sedikit Dante mengetahui sirah Nabi Saw. Dari sirah itu ia mencermati kisah Isra mi`raj dan gambaran langit.
Adapun Petrarca hidup pada masa kebudayaan Islam di Itali dan Perancis. Dia menuntut ilmu di Universitas Montpellier dan Universitas Paris. Kedua perguruan tinggi ini masing-masing bersandar pada karangan-karangan bangsa Arab dan mahasiswa-mahasiswa mereka di perguruan-perguruan tinggi Andalus.
Kisah atau novel Eropa dalam pertumbuhannya banyak terpengaruh oleh seni-seni kisah bangsa Arab di Abad-abad pertengahan, yaitu pitutur-pitutur, khabar-khabar ketengkasan berkuda dan petualangan ksatria berkuda dalam mencari kemuliaan dan kesukacitaan.
Hikayat Seribu Satu Malam setelah diterjemahkan ke bahasa-bahasa Eropa pada abad ke-12 mempunyai pengaruh besar dalam bidang ini sehingga sejak saat itu hingga sekarang hikayat ini telah dicetak lebih dari tiga ratus cetakan dalam semua bahasa Eropa.
Bahkan, sejumlah kritikus Eropa berpendapat bahwa perjalanan Gelliver yang ditulis oleh Swhift dan perjalanan Robinson Crusue yang ditulis oleh Defore mengikuti jejak hikayat Seribu Satu Malam dan Risalah Hayy bin Yaqzhan karya filsuf Arab, Ibnu Tufail.
Tak ada seorang pun yang meragukan lagi, dari jumlah setakan Seribu Satu Malam yang sangat besar ini dapat menjadi bukti bahwa orang-orang Barat gemar sekali membaca hikayat tersebut.
Rasanya kita tak perlu lagi meyebutkan bagaimana besarnya jumlah perbendaharaan kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Eropa dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan kata-kata serapan itu hampir seperti kata-kata dalam bahasa Arab aslinya, seperti quthn (cotton), misk (musk), syarab (syrup), jarrah (jar), laymun (lemon), shifr (chiper), dan kata-kata lainnya yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam kaitan ini Prof. Michael berkata, Eropa dengan sastra-sastranya yang indah telah berhutang kepada negeri-negeri Arab dan kepada bangsa-bangsa Arab yang tinggal di wilayah Arab Suriah, yang telah menjadikan abad-abad pertengahan Eropa berbeda jiwa dan imajinasinya dari dunia yang tunduk kepadanya.
0 Comments